Rabu, 30 Maret 2016

Profil Mbah Sadiman

Lahir dari keluarga yang sangat sederhana, sebuah desa pinggiran di ujung timur berjarak 70 km dari Kota Kabupaten Wonogiri, tepatnya di bawah bukit Gendol Ds Geneng, Bulukerto, Wonogiri, 4 Pebruari 1954 Beliau Mbah Sadiman dilahirkan.  Nama yang sederhana dan tak populer bagi siapapun yang mendengar bahkan tak memiliki arti tak terkecuali bagi kedua orang tua Beliau.
Umur 6 tahun Beliau mengenal pelajaran membaca, menulis dan menghitung ( calistung ) di  SD Negeri I Geneng Bulukerto, hingga lulus tahun 1965. Tidak selayaknya seperti anak – anak pada jaman sekarang, setelah menerima hasil kelulusan langsung mendaftar pada jenjang sekolah berikutnya, dan tidaklah demikian Mbah Sadiman. Beliau baru melanjutkan sekolah 2 tahun setelah menerima hasil kelulusannya. Tahun 1967 Beliau sekolah di SMP Marhaen Bulukerto, dan mendapatkan kelulusan di tahun 1970.
Tahun 1971, Beliau sempat duduk di bangku STM Bangunan. Keinginan Beliau untuk melanjutkan Sekolah sangatlah luar biasa, meski Beliau sadar bahwa kondisi orang tua tidaklah memungkinkan. Dengan berbagai cara Beliau pikirkan. Pekerjaan apapun Beliau lakukan dengan satu tujuan melanjutkan sekolah. STM Bangunan Jatisrono adalah merupakan impian beliau, hanyalah dengan berbekal nekat (bahasa Jawa) Beliau mengejar impian tanpa dukungan orang tua beliau karena kondisi ekonomi memang tidak memungkinkan.
Untung tak dapat diraih, pil pahitpun akhirnya ditelan Beliau juga. Ucapan selamat tinggal pun akhirnya keluar dari desah nafas Beliau kepada teman, guru, bahkan Kepala Sekolah saat itu.  Hanya sampai di kelas Satu saja Beliau mampu meraih mimpi  di STM Bangunan Jatisrana. Kembali Beliau menyadari bahwa tidaklah mudah untuk meraih mimpi tanpa dukungan kedua orang tuanya.
Mbah Sadiman segera mengubur impian untuk bersekolah itu dalam-dalam. Segera setelah keluar sekolah Beliau juga meninggalkan desa kelahirannya di bawah bukit Gendol untuk mencoba mengais rejeki ke kota. Surabaya adalah kota tujuan Beliau. Dengan hanya berbekal tenaga dan pikiran, kini Beliau tak lagi mengejar dan meraih mimpi, akan tetapi mencoba tuk mengadu nasib.
Tidaklah mudah memang, hidup di kota besar sebatangkara.
“KERNEK” angkutan umum adalah pekerjaan beliau di kota Surabaya. Pekerjaan itu Beliau tekuni selama dua tahun hingga akhir tahun 1972. Dua tahun bekerja di kota tak mendapatkan sesuatu yang dia harapkan demi masa depan Beliau.
Tahun  1973 seorang sahabat menawari sebuah pekerjaan untuk bersama pergi ke Kalimantan Tengah di sebuah proyek bangunan. Ada kata Bangunan itulah Beliau merasa bangun kembali setelah 3 tahun tertidur dari impian. Tidak banyak dan panjang berfikir, berangkatlah Beliau ke Kalimantan Tengah. Satu tahun Beliau mampu bertahan di sebuah proyek bangunan tersebut, karena sungguh berat memang pekerjaan itu bagi Beliau.
Tahun 1974 Beliau kembali ke tanah kelahirannya di bawah bukit gendol. Beliau merasa tidak nyaman bila tinggal berlama-lama di rumah, karena tak ada lagi sesuatu yang dapat Beliau kerjakan. Kota Gresik adalah kota tujuan berikutnya. Lagi-lagi hanyalah berbekal tenaga dan pikirannya beliau mengadu nasib unstuck mengais rejeki di kota tersebut hingga beberapa kurun waktu lamanya sebagai buruh /kuli mobil.
Tahun 1981 Beliau ke lampung Utara, tepatnya di kota Ogan Lima bersama 4 orang sahabat bekerja di proyek Pembangunan Jalan Raya sebagai buruh koral.
Sepuluh tahun berikutnya, pada tahun 1991 Beliau kembali ke tanah kelahirannya di bawah bukit Gendol. Diusianya yang hampir 40 tahun, Beliau tak ingin lagi meninggalkan kampung halaman tanah kelahiran Beliau. Apalagi Beliau tak lagi sendiri. Istri dan kedua anak Beliau butuh kasih sayang dan ingin selalu dekat bersama Beliau. Mulailah beliau bekerja di hutan pinus di seputar bukit Gendol sebagai tukang sadap getah pinus. Meski hasil yang didapat  hanya Rp 125/kg Beliau tetap jalani demi keluarga.
Tahun 1996 Beliau kembali terbangun dari mimpi. Pekerjaan menyadap dianggapnya sebagai tindakan yang tidak manusiawi karena selalu menyayat dan melukai tanaman. Berhentilah Beliau dari tukang sadap. Ada beberapa alasan yang mendasari beliau berhenti dari tukang sadap:
1.   Kekeringan melanda masyarakat sekitar bukit Gendol akibat  kebakaran hutan yang menyebabkan perekonomian menjadi terpuruk.
2.      Keinginan untuk menghijaukan kembali bukit Gendol tersebut dari kebakaran.
3.      Menjadikan bukit Gendol sebagai taman rekreasi.
Dari beberapa alasan itulah tahun 1996 Beliau mulai aktif menanam pohon beringin dan pohon yang lain untuk menghijaukan bukit Gendol. Yang ada di benak Beliau di kelak kemudian hari tidak ada lagi kekeringan, kemiskinan bahkan banyak orang datang menikmati keindahan bukit Gendol.
Tidaklah mudah memang untuk bermimpi, yang oleh Beliau  dianggap mimpi sederhana akan tetapi apabila diterjemahkan mimpi Beliau butuh waktu 20 tahun seorang diri untuk berkorban, tidak hanya tenaga, pikiran, dan harta akan tetapi juga perasaan Beliau karena ejekan,cacimaki, yang datang bukan hanya dari sebagian warga sekitar namun datang juga dari keluarga. Tanaman Beliau pun tak luput dari babatan tangan-tangan jahat yang menganggap penghalang tanaman rumput warga.
Bagi Beliau anggapan seperti apapun tidak lagi beliau pikirkan.Ribuan beringin telah Beliau tanam, dan entah sudah berapa banyak beringin yang mereka tebang. Dengan hati sabar dan ikhlas Beliau tanami kembali, dan begitu seterusnya.
Sudah hampir 20 tahun berlalu, impian sederhana itu kini menjadi kenyataan.
1.   Bukit Gendol kembali hijau.
2.   Air melimpah bahkan di penghujung musim kemarau.
3.   Tak ada lagi kemiskinan di sekitar bukit Gendol.
4.   Banyak orang berdatangan di bukit Gendol karena keindahannya.
Penghargaan, pujian, ucapan selamat bahkan doa pun mengalir untuk Beliau Mbah Sadiman, tak terkecuali sebutan Pahlawan Penghijauan.

          61 tahun silam nama Sadiman tak bermakna, sekarang nama tersebut menggema ke seluruh pelosok negeri, bahkan  “HUTAN SADIMAN” bukit Gendol adalah nama yang pantas dikukuhkan untuk sebuah kawasan agro wisata “HUTAN SADIMAN” bukit Gendol, Ds Geneng, Kec. Bulukerto, Wonogiri.

Related Articles

3 komentar:

  1. boleh minta tolong.. alamat atau contact person mbah sadiman ada? buat materi tugas kuliah

    BalasHapus
  2. orang yang berhati mulia, mudah mudahan mbah Sadiman sehat selalu, tulisan ini sangat menginspirasi saya dan menambah semangat saya sebagai seorang volunteer... terima kasih admin... saya izin copas dengan tetap mencantumkan sumber artikel untuk menghargai karya karya terbaik.

    BalasHapus
  3. mohon informasi alamat, nomor telpon atau contact person Mbak Sadiman bolehkah?

    BalasHapus